Review Buku : Filsafat Untuk Pemalas

Review Buku : Filsafat Untuk Pemalas

"Menjalani hidup orang lain, sehebat apa pun itu, bukanlah tandingan bagi hidup anda. Tak ada hidup yang lebih WOW untuk ditempuh selain hidup anda"

Jika saya ditanya tentang kesan setelah membaca buku ini kira-kira bisa terangkum dari pertanyaan ini:

  1. Apakah buku ini mudah dibaca? Ya

  2. Apakah buku ini menginspirasi? Lumayan

  3. Apakah buku ini mudah dipahami? Nggak terlalu 🥲

Pertama-tama, motivasi saya membeli dan membaca buku ini adalah karena sosok penulisnya yaitu Ach Dhofir Zuhry. Sosok Gus Dhofir sering diasosiasikan penulis, dosen, filsuf, ulama, dan banyak lagi label yang bisa disandarkan kepada beliau. Saya sendiri beberapa kali menonton kajiannya youtube. Kesannya? luar biasa, pembawaannya menarik dan bahasanya mudah dicerna terutama saat membahas filsafat ataupun tafsir tematik.

Selesai membahas penulis, kita coba membahas bukunya. Pertama dari struktur, tidak ada bab-bab yang memiliki pembahasan spesifik di dalamnya. Buku ini seperti sejumlah essay atau artikel yang dikumpulkan ke dalam buku. Lalu apa kelebihannya? Sesuai dengan judulnya ‘Filsafat untuk Pemalas’, buku ini relatif mudah dibaca karena kita bisa baca satu judul tulisan lalu lanjut membaca mengalir ke judul-judul selanjutnya tanpa perlu banyak overthinking. Saya merasakan buku ini enak-enak aja dibaca meski ketika kita sedang bermalas-malasan lalu terbesit pikiran “Mau ngapain ya?”, saat muncul pikiran demikian kita bisa baca satu bab dari buku ini tutup lalu lanjutkan kapan-kapan.

Saya juga bisa bilang buku ini lumayan menginspirasi. Di sini kita disadarkan bahwa filsafat tidak selalu ilmu berat yang selalu dimulai dengan definisi “Filsafat adalah Philo dan Sophia yang artinya cinta kebijaksanaan”. Buku ini membuka wawasan bahwa kita juga sebenarnya seorang filosof. Berfilsafat tidak melulu harus dengan memasuki kuliah yang berat dan membaca buku-buku tebal, tapi bahkan saat sedang bermalas-malasan sambil rebahan pun kita bisa.

Yang menarik di buku ini juga adalah quote di dalamnya yang berlimpah. Setiap judul juga selalu dimulai dengan quote.Mungkin jika orang-orang yang suka eksis di media sosial dengan membagikan quote-quote unik membaca buku ini, mereka bisa punya stok status untuk beberapa bulan. Bagian Philoeasy yang berisi inti dari bab juga membantu untuk menyegarkan ingatan tentang topik dan poin dari topik yang dibahas.

Lantas, kenapa menurut saya buku ini nggak terlalu mudah difahami? Pertama-tama, mudah dibaca dan mudah dipahami adalah dua hal yang berbeda. Cara penyajian buku ini yang seperti kumpulan status dan esai membuat saya cukup bingung untuk memahami apa sebenarnya poin yang ingin disampaikan. Selain itu, banyak juga bagian dari buku ini yang terkesan “menyerang” orang-orang yang dianggap berseberangan dengan penulis. Contohnya? Anda akan menemukan istilah seperti kira-kira “Monaslimin yang ngopinya kurang jauh” di buku ini. Hal-hal ini kadang membuat saya seperti merasa membaca status facebook bapak-bapak yang punya banyak pengikut. Di sisi lain, model tulisan ini juga merepresentasikan ‘pemalas’ yang sering dibayangkan seperti orang rebahan. Karena memang banyak orang-orang yang saat rebahan lalu berkecamuk pikirannya memikirkan permasalahan dunia dan berfikir bagaimana caranya merubah dunia dan siapa saja lawan pemikirannya.

Selesai membaca buku ini, saya jadi teringat cerita Prof. C.P. Wolff Schoemaker, dosen favorit Presiden Soekarno. Beliau dideskripsikan sebagai “Orang yang caranya menyampaikan kuliah tidak sebagus tulisannya”. Begitu juga mungkin kesan saya ke Gus Dhofir. Karena menurut saya “Memahami tulisan beliau tidak senyaman mendengarkan kuliah dan ceramahnya”. 😅